WELCOME TO MY BLOG (it's my life)

Keep Smiling, Always Forgiving :)

Selasa, 26 Mei 2015

Narasi Pertama PKW Bogor

Diawali dari sang Mentor, Wildan Fuady yang menyuntik anggota PKW Bogor dengan sedikit cerita dan memintanya melanjutkan.
Dan inilah hasil karya kami 😀
Selamat menikmati 😄


Ketika suasana siang, hidungku bernafaskan asap jalanan

Penuh debu, penuh dengan tanah kecil yg bertebaran di udara

Aku tak kuat ... ditambah asap rokok yg sengaja di diupkan kesana kesini oleh seseorang berwajah tirus ...

Aku lelah ...
Aku pun mengambil masker untuk menutup sebagian wajah dan hidungku.

Lalu aku mendengar bunyi yang tak asing dari orang disebelahku.
Asap rokok tak lagi menusuk hidungku, melainkan bau itu.
Orang itu tersenyum dan berkata "maaf saya kentut" 🏃💨

Orang itu pun meminta maaf kepadaku dan berjanji akan traktir es krim di indomaret.

Di indomaret aku bertemu dengan dosen pembimbing skripsiku.

Seketika aku terdiam

Aku mengambil bungkusan chiki besar yang ada di dekatku dan menutup wajahku.

Pemuda yang kentut tadi bertanya, "ada apa denganmu?". Aku pun berbisik padanya kalau ada dosen pembimbingku.
Lalu dia pun berkata, "tenang saja, kamu kan pakai masker, jadi tak ketahuan itu kamu"

Benar juga pikirku, lalu aku pun melewati dosen pembimbingku. Dan dia memegang pundakku.

"Eh dinda ya? Ibu mau ngasih kabar kalau sidang skripsi akan di hapus"







"Tapi itu hanya ada dalam mimpimu saja"

Seketika aku terdiam. Bagaimana bisa dosen ini mengenalku dengan wajahku yang tertutup masker? Pikirku.

Ternyata setelah kutanyakan mengapa dosenku tahu siapa diriku walaupun pakai masker, jawabannya sederhana, diberitahu sama udin katanya.

Akhirnya terpaksa aku di ceramahi tentang skripsi bla bla bla ...

"Dinda ... apakah kamu tahu???? Menunda satu hari skripsi sama dengan menunda satu hari pernikahan ...."

Kata bu dosen kepadaku ...

"Tidak kah ibu tau, bahwa udin telah menungguku dari lama, tak masalah buatnya jikalau harus menunggu skripsi ku sehari sebulan atau bahkan setahun, asal setelah sidang nanti aku akan bersamanya"

Air mataku pun tak mampu ku bendung, tercurahlah alasan klasik dibalik tertundanya skripsiku

Dosen pun mulai memahami apa yang terjadi padaku. Lalu dia memintaku ikut pulang ke rumahnya.
Disana aku bertemu dengan udin. Dan baru kutahu ternyata Dosen Pembimbingku adalah Ibunya Udin.

Dosenku pun berkata, "Seandainya saya tahu kamu wanita yang ingin dinikahi Udin, segera mungkin saya luluskan kamu tanpa revisi".
Dan akhirnya saya mengikuti sidang akhir dan lulus tanpa revisi.

Syukurlah ini karena Udin, oh Udin.

Dan setelah dinda selesai sidang, udin pun berkata, "kenapa ga dari dulu saja aku bilang kalau dinda yang selama ini aku tunggu kamu" mungkin kita akan cepat menikah, dan punya anak 11 biar jadi tim sepak bola, aku pelatihnya dan kamu asistennya.

Aku hanya bisa menghela nafas sambil berkata," bukankah negeri ini belum berpihak pada pemain bola ?. Mengapa tidak kita jadikan tim penulis saja.....kamu editornya dan aku penerbitnya". 

#lanjutkan kembali...


Tidak ada komentar: