WELCOME TO MY BLOG (it's my life)

Keep Smiling, Always Forgiving :)

Minggu, 31 Mei 2015

Ayah

Kupikir dia hanya sosok laki-laki yang memikirkan pekerjaannya.
Tak ada waktu bersenda gurau yang diluangkan untuk anaknya.
Bekerja bekerja dan bekerja.
Sesekali ia menyempatkan waktu bersama keluarga untuk berlibur.
Tetap, dengan segala kekakuannya sebagai lelaki kepala rumah tangga.
Jarang kulihat kau memeluk anakmu bercanda dan bercerita layaknya ibu.
Tapi pagi ini aku punya pemahaman yang baru tentang lelaki tangguh ini yang biasanya ditakuti anaknya.
"Uang harus disimpan sebagian, kalau dikasih semua sama istri pasti habis aja. Kasian anak kalo ada keperluan dadakan buat sekolah." kata seorang pria di sebelah supir angkutan yang kutumpangi.
Bentuk perhatian kecil namun berarti.
Menggambarkan kesiapsiagaan dirimu.
Dan kini aku sadari yang dia pikirkan hanya memenuhi segala kebutuhan keluarganya.
Menyayangi anaknya dengan cara yang berbeda.
Rela menghabiskan waktu di luar sana demi memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
Itulah dirimu, Ayah

Angkutan Perkotaan 32
Bogor, 31 Mei 2015


Selasa, 26 Mei 2015

Narasi Pertama PKW Bogor

Diawali dari sang Mentor, Wildan Fuady yang menyuntik anggota PKW Bogor dengan sedikit cerita dan memintanya melanjutkan.
Dan inilah hasil karya kami 😀
Selamat menikmati 😄


Ketika suasana siang, hidungku bernafaskan asap jalanan

Penuh debu, penuh dengan tanah kecil yg bertebaran di udara

Aku tak kuat ... ditambah asap rokok yg sengaja di diupkan kesana kesini oleh seseorang berwajah tirus ...

Aku lelah ...
Aku pun mengambil masker untuk menutup sebagian wajah dan hidungku.

Lalu aku mendengar bunyi yang tak asing dari orang disebelahku.
Asap rokok tak lagi menusuk hidungku, melainkan bau itu.
Orang itu tersenyum dan berkata "maaf saya kentut" 🏃💨

Orang itu pun meminta maaf kepadaku dan berjanji akan traktir es krim di indomaret.

Di indomaret aku bertemu dengan dosen pembimbing skripsiku.

Seketika aku terdiam

Aku mengambil bungkusan chiki besar yang ada di dekatku dan menutup wajahku.

Pemuda yang kentut tadi bertanya, "ada apa denganmu?". Aku pun berbisik padanya kalau ada dosen pembimbingku.
Lalu dia pun berkata, "tenang saja, kamu kan pakai masker, jadi tak ketahuan itu kamu"

Benar juga pikirku, lalu aku pun melewati dosen pembimbingku. Dan dia memegang pundakku.

"Eh dinda ya? Ibu mau ngasih kabar kalau sidang skripsi akan di hapus"







"Tapi itu hanya ada dalam mimpimu saja"

Seketika aku terdiam. Bagaimana bisa dosen ini mengenalku dengan wajahku yang tertutup masker? Pikirku.

Ternyata setelah kutanyakan mengapa dosenku tahu siapa diriku walaupun pakai masker, jawabannya sederhana, diberitahu sama udin katanya.

Akhirnya terpaksa aku di ceramahi tentang skripsi bla bla bla ...

"Dinda ... apakah kamu tahu???? Menunda satu hari skripsi sama dengan menunda satu hari pernikahan ...."

Kata bu dosen kepadaku ...

"Tidak kah ibu tau, bahwa udin telah menungguku dari lama, tak masalah buatnya jikalau harus menunggu skripsi ku sehari sebulan atau bahkan setahun, asal setelah sidang nanti aku akan bersamanya"

Air mataku pun tak mampu ku bendung, tercurahlah alasan klasik dibalik tertundanya skripsiku

Dosen pun mulai memahami apa yang terjadi padaku. Lalu dia memintaku ikut pulang ke rumahnya.
Disana aku bertemu dengan udin. Dan baru kutahu ternyata Dosen Pembimbingku adalah Ibunya Udin.

Dosenku pun berkata, "Seandainya saya tahu kamu wanita yang ingin dinikahi Udin, segera mungkin saya luluskan kamu tanpa revisi".
Dan akhirnya saya mengikuti sidang akhir dan lulus tanpa revisi.

Syukurlah ini karena Udin, oh Udin.

Dan setelah dinda selesai sidang, udin pun berkata, "kenapa ga dari dulu saja aku bilang kalau dinda yang selama ini aku tunggu kamu" mungkin kita akan cepat menikah, dan punya anak 11 biar jadi tim sepak bola, aku pelatihnya dan kamu asistennya.

Aku hanya bisa menghela nafas sambil berkata," bukankah negeri ini belum berpihak pada pemain bola ?. Mengapa tidak kita jadikan tim penulis saja.....kamu editornya dan aku penerbitnya". 

#lanjutkan kembali...


Senin, 25 Mei 2015

Edisi Pengen Wisuda

Saat pagi menyapa, aku diam dalam lelapku.
Tak ingin kuakhiri mimpi indah bersamamu.
Ah tapi apa daya, adzan itu memanggilku.
Katamu dari doa, aku dapat memelukmu.
Dalam sujud doa, aku terus membayangkanmu.
Kuminta padaNya agar cepat bertemu denganmu.

Saat mentari muncul seluruhnya, aku tetap ingin berdoa.
Tak ingin kuakhiri menceritakan tentangmu padaNya.
Ah tapi apa daya, wajah dosen menatap tajam terlintas di kepala.
Katamu dengan keberhasilan cita-cita, kita bisa berjumpa.
Dengan semangat membara kucari dosen meminta tandatangannya.
Kulakukan berbagai cara hingga mendapatkannya.

Kini kubayangkan hari itu
Hari dimana aku wisuda
Hari dimana aku dapat bertemu denganmu
Memberimu hadiah dengan aku memakai toga
Lalu kau memelukku dalam dekapmu
Dan berkata "Nak, Ibu bahagia".


Saat pagi menyapa, aku diam dalam lelapku.
Tak ingin kuakhiri mimpi indah bersamamu.
Ah tapi apa daya, adzan itu memanggilku.
Katamu dari doa, aku dapat memelukmu.
Dalam sujud doa, aku terus membayangkanmu.
Kuminta padaNya agar cepat bertemu denganmu.

Saat mentari muncul seluruhnya, aku tetap ingin berdoa.
Tak ingin kuakhiri menceritakan tentangmu padaNya.
Ah tapi apa daya, wajah dosen menatap tajam terlintas di kepala.
Katamu dengan keberhasilan cita-cita, kita bisa berjumpa.
Dengan semangat membara kucari dosen meminta tandatangannya.
Kulakukan berbagai cara hingga mendapatkannya.


Kini kubayangkan hari itu
Hari dimana aku wisuda
Hari dimana aku dapat bertemu denganmu
Memberimu hadiah dengan aku memakai toga
Lalu kau memelukku dalam dekapmu
Dan berkata "Nak, Ibu bahagia".


Kamis, 21 Mei 2015

Tuhan tak ingin aku membencimu part 1

Pernah berjuang bersama sebagai sahabat membuatku begitu mengenalmu.

Komunitas bisnis MLM itu memperkenalkan kita. Bisnis yang kita jalani di tahun yang sama tapi di daerah berbeda. Setahun pertama aku menjalankannya, aku tak mengenalmu. Begitupun denganmu.
Hingga takdir mempertemukan kita.

Aku diarahkan untuk berhijrah dan belajar dari grupmu, karena kerapuhan yang dialami grupku.

Kau begitu ramah menyapaku, dengan senyuman dan sapaan kau menyambutku.

"Hai Nin, sini gabung bareng. Jangan canggung. Di bisnis ini ga ada crossline, kita sekeluarga." begitulah sapaan hangatmu menyapaku.

Bagaimana mungkin aku bisa menolak kehangatan di grup ini, jika orang-orangnya terlebih dirimu, begitu ramah dan tak terlihat keterpaksaan saat aku bergabung di grup ini. Inilah keluarga keduaku di bisnis ini, setelah sebelumnya aku kehilangan banyak mentorku yang telah kuanggap sebagai keluarga di bisnis ini.

(Bersambung)....


Minggu, 10 Mei 2015

Konsep HP

Konsep
Aku dan sahabat-sahabatku. Introduction us. Aku. Fatin. Tri. Dwitika. Sulis. Gumi. Everything about us now. Our dream. Getting our dream.
Nantikan cerita kami dalam novel 😀